Program Land4Lives yang ada di desa Falas, dapat memicu petani yang selama ini Bertani hanya fokus pada tanaman semusim, yaitu pada saat musim hujan saja para petani baru bisa menanam jagung, ubi dan pisang. Tetapi dengan adanya program pengembangan kebun dapur, para petani punya inisiatif untuk bertani dengan menanam berbagai jenis tanaman hortikultura dikebun dengan memanfaatkan lahan yang ada dengan ketersediaan air yang pada saat musim kemarau sangat-sangat terbatas.
Keluarga bapak Albertus Sole (33 Tahun) bersama istrinya, bekerjasama untuk mengikuti kegiatan Land4lives dengan menanam tanaman hortikultura dikebun miliknya. Pada awalnya mereka sangat ragu dengan kegiatan ini, tetapi karena niat sehingga mereka mulai berusaha. Keraguan mereka sangat besar karena mempertimbangkan lahan yang curam dengan ketersediaan air yang sangat terbatas pada saat musim kemarau. Niat menjadi modal utama dari bapak Albertus Sole bersama keluarga untuk berani mulai bekerja. Memulai semuanya dari persiapan lahan, pembuatan bedengan dengan didampingi oleh petugas dari program Land4Lives, bapak Albertus Sole juga membuat pupuk organik padat untuk sumber nutrisi bagi tanaman, bahan yang digunakan adalah kotoran ternak dan sisa-sisa hasil hasil pertanian yang ada seperti dedaunan.
Pada saat lahan sudah siap, bapak Albertus Sole mulai mencoba menanam sawi dan tidak lupa menggunakan pupuk dasar dari bahan organik yang diberikan pada bedengan, sehingga akan berdampak pada hasil panennya nanti. Setelah itu beliau mulai berusaha menambah jumlah bedengan disekitar kebun dan menanam yang lebih banyak jenis sayurannya seperti; cabai, terong, pitsai, bawang, papaya, seledri dan lain-lain. Penanaman dilakukan secara berkala, dan hasilnya sangat bagus menurut beliau, kemudian hasil panen dari kebun dapur ini beliau manfaatkan untuk konsumsi sehari-hari bagi keluarga. Karena hasil produknya sangat banyak, maka beliau mulai menjualnya disekitaran lingkungan rumah atau tetangganya, dari hasil mejual tersebut beliau merasa akan sangat membantu perekonomian rumah tangganya kedepan, hal ini merupakan faktor pemicu untuk beliau dapat menanam dengan jumlah lebih banyak.
Pada saat ini karena petani sudah merasa usaha pertanian hortikultura sangat bermanfaat dan punya nilai ekonomis yang tinggi ditingkat rumah tangga sehingga tanaman yang ditanam mulai diperbanyak. Dengan berjalannya waktu produksi yang didapatkan meningkat, sehingga petani dapat menjual sayur di pasar tradisional setiap minggunya dengan mandapatkan hasil penjualan sebesar Rp.200.000,- s/d Rp. 300.000,- perminggu. Terdapat peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga melalui usaha hortikultura dengan menggunakan bahan organik, petani tersebut mulai bertani terus menerus sehingga ketersediaan sayur selalu ada dikebun.
Pengakuan petani (Albertus Solle) menyatakan bahwa, kami baru tahu cara menanam, sekarang kita harus memperhitungkan jarak tanam yang disesuaikan dengan jenis tanaman yang ada, agar tidak terjadi perampasan makan antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Pengetahuan ini yang perlu dipertahankan agar usaha hortikultura tetap maju, Dengan memanfaatkan pekarangan yang ada untuk menanam berbagai jenis sayuran. Di sekitar pekarangan rumah bapak Albertus Solle membuat bedengan kunci sebagai alat media tanam dengan menyediakan bahan organik didalamnya sebagai bahan dasar penyediaan pupuk bagi tanaman. Bedengan kunci adalah media yang baru pertama kali dilakukan dirumah, dan sudah mencoba dengan menanam sayur-sayuran dan bawang. Hasilnya sangat memuaskan sehingga bapak Albertus terus mempertahankan Teknik pembuatan bedengan kunci. Selain dari itu juga bedengan kunci sebagai bahan penyediaan stok pupuk kompos untuk diambil dan digunakan ditanaman yang lain. Bedengan kunci ini memudahkan kita dalam teknik budidaya seperti menanam, menyiram, menggemburkan, penyiangan dan pemanenan, karna bedengan tersebut tinggi sehingga pemanfaatannya sangat mudah.